Jumat, 02 Juli 2010

ASKEB IV GANGGUAN PSIKOLOGI POSTPARTUM

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Patologi kebidanan adalah salah satu masalah dalam pelayanan kesehatan dan harus dikenali gejalanya sejak dini. Pada bab ini kita sebagai bidan harus bisa mengidentifikasi gangguan psikologi post partum diantaranya depresi post parum, post partum blues, dan post partum psikosa.

1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang kami angkat yaitu Bagaimana Penanganan Gangguan Psikologi Post Partum.

1.3 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana cara penanganan pada gangguan psikologi post partum.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui apa itu gangguan psikologi post partum.
b. Mengetahui apa saja gangguan psikologi post partum
c. Mengetahui penyebab gangguan psikologi post partum.
d. Mengetahui gejala pada gangguan psikologi post partum.
e. Mengetahui gambaran klinis gangguan psikologi post partum.
f. Mengetahui pencegahan gangguan psikologi post partum.
g. Mengetahui bagaimana penanganan gangguan psikologi post partum.



1.4 MANFAAT
1. Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.



BAB II
ISI

2.1 DEPRESI PASCA KELAHIRAN (POST PARTUM BLUES)
2.1.1 PENGERTIAN POST PARTUM BLUES
Post Partum Blues (PBB) sering juga disebut sebagai maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelahh persalinan.

2.1.2 PENYEBAB POST PARTUM BLUES
Dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan, tetapi bila tidak ditatalaksanai dengan baik dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya, dan bahkan gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis salin yang mempunyai dampak lebih buruk terutama dalam hubungan perkawinan dengan suami dan perkembangan anknya.

2.1.3 GEJALA POST PARTUM BLUES
Gejala-gejala yang terjadi:
a. Reaksi depresi/sedih/disforia
b. Menangis
c. Mudah tersinggun atau iritabilitas
d. Cemas
e. Labil perasaan
f. Cendrung menyalahkan diri sendiri
g. Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.
2.1.4 GAMBARAN KLINIK, PENCEGAHAN DAN PENATALAKSANAAN
Banyak factor yang dianggap mendukung pada sindroma ini:
1. Faktor hormonal yang terlalu rendah
2. Faktor demografik yaitu umur dan parietas
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan
4. Latar belakan psikososial yang bersangkutan
Cara mengatasinya adalah dengan mempersiapkan persalinan dengan lebih baik, maksudnya disini tidak hanya menekankan pada materi tapi yang lebih penting dari segi psikologi dan mental ibu.
Pencegahannya dapat dilakukan dengan:
1. Beristirahat ketika bayi tidur
2. Berolah raga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
3. Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
4. Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan
5. Bersikap fleksibel dan bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru
6. Kempatan merawat bayi hanya datang satu kali

2.2 DEPRESI POST PARTUM
2.2.1 PENGERTIAN DEPRESI POST PARTUM
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapanpun bahkan sampai 1 tahun kedepan.
Pitt tahun 1988 dalam Pitt(regina dkk,2001) depresi post parum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan dan kehilangan libido(kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan suami).
Llewelly-jones (1994) menyatakan wanita yang didiagnosa mengalami depresi 3 bulan pertama setelah melahirkan. Wanita tersebut secara social dan emosional meras terasingkan atau mudah tegang dalam setiap kejadian hidupnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa depresi post partum adalah gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus-menerus sampai 6 bulan atau bahkan sampai satu tahun.

2.2.2 PENYEBAB DEPRESI POST PARTUM
Disebabkan karena gangguan hormonal. Hormon yang terkait dengan terjadinya depresi post partum adalah prolaktin, steroid dan progesterone.
Pitt(regina dkk,2001) mengemukakan 4 faktor penyebab depresi post partum:
1. Faktor konstitusional
2. Faktor fisik yang etrjadi karena ketidakseimbangan hormonal
3. Faktor psikologi
4. Faktor sosial dan karateristik ibu

2.2.3 GEJALA DEPRESI POST PARTUM
Gejala yang menonjol dalam depresi post partum adalah trias depresi yaitu:
1. Berkurangnya energi
2. Penurunan efek
3. Hilang minat (anhedonia)
Ling dan Duff(2001) mengatakan bahwa gejala depresi post partum yang dialami 60% wanita mempunyai karateristik dan spesifik antara lain:
1. Trauma terhadap intervensi medis yang terjadi
2. Kelelahan dan perubahan mood
3. Gangguan nafsu makan dan gangguan tidur
4. Tidak mau berhubungan dengan orang lain
5. tidak mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya atau dirinya sendiri.

2.2.4 GAMBARAN KLINIK, PENCEGAHAN DAN PENATALAKSANAAN
Monks dkk (1988) mengatakan depresi post partum merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti labilitas efek, kecemasan dan depresi pada ibu yang dapat berlangsung berbulan-bulan.
Faktor resiko:
1. Keadaan hormonal
2. Dukungan sosial
3. Emotional relationship
4. Komunikasi dan kedekatan
5. Struktur keluarga
6. Antropologi
7. Perkawinan
8. Demografi
9. Stressor psikososial dan lingkungan
Hormon yang terkait dengan terjadinya depresi post partum adalah prolaktin, steroid, progesteron dan estrogen.
Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga harus memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila terlihat sedang sedih, dan sarankan pada ibu untuk:
1. Beristirahat dengan baik
2. Berolahraga yang ringan
3. Berbagi cerita dengan orang lain
4. Bersikap fleksible
5. Bergabung dengan orang-oarang baru
6. Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis

2.3 POST PARTUM PSIKOSA
2.3.1 PENGERTIAN POST PARTUM PSIKOSA
Post partum psikosa dalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu setelah melahirkan.

2.3.2 PENYEBAB POST PARTUM PSIKOSA
Disebabkan karena wanita menderita bipolar disorder atau masalah psikiatrik lainnya yang disebut schizoaffektif disorder. Wanita tersebut mempunyai resiko tinggi untuk terkena post partum psikosa.

2.3.3 GEJALA POST PARTUM PSIKOSA
Gejala yang sering terjadi adalah:
1. Delusi
2. Halusinasi
3. Gangguan saat tidur
4. Obsesi mengenai bayi

2.3.4 GAMBARAN KLINIK, PENCEGAHAN DAN PENATALAKSANAAN
Pada wanita yang menderita penyakit ini dapat terkena perubahan mood secara drastis, dari depresi ke kegusaran dan berganti menjadi euforia dalam waktu singkat. Penderita kehilangan semangat dan kenyamanan dalam beraktifitas,sering menjauhkan diri dari teman atau keluarga, sering mengeluh sakit kepala dan nyeri dada, jantung berdebar-berdebar serta nafas terasa cepat.
Untuk mengurangi jumlah penderita ini sebagai anggota keluarga hendaknya harus lebih memperhatikan kondisi dan keadaan ibu serta memberikan dukungan psikis agar tidak merasa kehilangan perhatian.
Saran kepada penderita untuk:
1. Beristirahat cukup
2. Mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang
3. Bergabung dengan orang-orang yang baru
4. Bersikap fleksible
5. Berbagi cerita dengan orang terdekat
6.Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis



BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Gangguan psikologi post partum diantaranya depresi post parum, post partum blues, dan post partum psikosa.
Post Partum Blues (PBB) sering juga disebut sebagai maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelahh persalinan.
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapanpun bahkan sampai 1 tahun kedepan.
Post partum psikosa dalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu setelah melahirkan.



3.2 SARAN
a. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan pelayanan kebidanan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Bagi Petugas – petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang kebidanan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health education dalam perawatan luka perineum untuk mencegah infeksi.



DAFTAR PUSTAKA

1. http://bukankuyg biasa.blogspot.com/2007/02/depresi-post-partum.htm/
2. http://fadlan’s world-sheikh famili-depresi pasca melahirkan
3. http://klinis.wordpress.com/2007/12/29/depresi-post partum/
4. http://rinie.info/2008/05/05/post-psrtum-blues-aka-baby-blues/
5. http://www.indocina.net/viewtopic.php

ASKEB IV LUKA PERINEUM

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perineum terletak antara vulva dan anus. Kebutuhan perineum tidak hanya berperan atau menjadi bagian penting dari proses persalinan, tetapi juga diperlukan untuk mengontrol proses buang air besar dan buang air kecil. Perineum merupakan tempat yang paling sering mengalami perlukaan atau laserasi akibat persalinan, yang terjadi pada persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya (Dannis,2000)
Laserasi yaitu suatu pukulan yang mengenai bagian kecil area kulit dapat menyebabkan kontusio dari jaringan subkutan, seperti pinggiran balok kayu, ujung dari pipa, permukaan benda tersebut cukup lancip untuk menyebabkan sobekan pada kulit yang menyebabkan laserasi. Laserasi disebabkan oleh benda yang permukaannya runcing tetapi tidak begitu tajam sehingga merobek kulit dan jaringan bawah kulit dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit dan bawah kulit. Tepi dari laserasi ireguler dan kasar, disekitanya terdapat luka lecet yang diakibatkan oleh bagian yang lebih rata dari benda tersebut yang mengalami indentasi (Azis,2004)
Bentuk dari laserasi dapat menggambarkan bahan dari benda penyebab kekerasan tersebut. Karena daya kekenyalan jaringan regangan jaringan yang berlebihan terjadi sebelum robeknya jaringan terjadi.
Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi kecil tanpa adanya robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal bila perdarahan terjadi terus menerus. Laserasi yang multipel yaang mengenai jarinagn kutis dan sub kutis dapat menyebabkan perdarahan yang hebat sehingga menyebabkan kuman yang berasal dari permukaan luka maupun dari sekitar kulit yang luka masuk ke dalam jaringan.


B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang kami angkat yaitu :
1. Apa itu luka perineum ?
2. Apa saja luka perineum?
3. Apa penyebab luka perineum?
4. Bagaimana penanganan luka perineum?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana cara penanganan pada luka perineum.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui apa itu luka perineum.
b. Mengetahui apa saja luka perineum.
c. Mengetahui penyebab luka perineum.
d. Mengetahui bagaimana penanganan luka perineum.

D. MANFAAT
1. Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.



BAB II
ISI

1. PENGERTIAN
Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis, psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat (Aziz, 2004). Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan anus (Danis, 2000). Post Partum adalah selang waktu antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil (Mochtar, 2002).
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.

2. TUJUAN PERAWATAN
Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002), adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan.
Sedangkan menurut Moorhouse et. al. (2001), adalah pencegahan terjadinya infeksi pada saluran reproduksi yang terjadi dalam 28 hari setelah kelahiran anak atau aborsi.

3. BENTUK/MACAM
Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu :
a. Rupture
Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan. (Hamilton, 2002).
b. Episotomi
Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi (Eisenberg, A., 1996).
Episiotomi, suatu tindakan yang disengaja pada perineum dan vagina yang sedang dalam keadaan meregang. Tindakan ini dilakukan jika perineum diperkirakan akan robek teregang oleh kepala janin, harus dilakukan infiltrasi perineum dengan anestasi lokal, kecuali bila pasien sudah diberi anestasi epiderual. Insisi episiotomi dapat dilakukan di garis tengah atau mediolateral. Insisi garis tengah mempunyai keuntungan karena tidak banyak pembuluh darah besar dijumpai disini dan daerah ini lebih mudah diperbaiki (Jones Derek, 2002).
Pada gambar berikut ini dijelaskan tipe episotomi dan rupture yang sering dijumpai dalam proses persalinan yaitu :
1. Episiotomi medial
2. Episiotomi mediolateral
Sedangkan rupture meliputi
1. Tuberositas ischii
2. Arteri pudenda interna
3. Arteri rektalis inferior

4. LINGKUP PERAWATAN
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung lochea (pembalut) (Feerer, 2001).
Sedangkan menurut Hamilton (2002), lingkup perawatan perineum adalah
a. Mencegah kontaminasi dari rektum
b. Menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma
c. Bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau

5. WAKTU PERAWATAN
Menurut Feerer (2001), waktu perawatan perineum adalah
a. Saat mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
b. Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni padarektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
c. Setelah buang air besar.
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan.

6. WAKTU PERAWATAN
a. Persiapan
1). Ibu Pos Partum
Perawatan perineum sebaiknya dilakukan di kamar mandi dengan posisi ibu jongkok jika ibu telah mampu atau berdiri dengan posisi kaki terbuka.
2). Alat dan bahan
Alat yang digunakan adalah botol, baskom dan gayung atau shower air hangat dan handuk bersih. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air hangat, pembalut nifas baru dan antiseptik (Fereer, 2001).
b. Penatalaksanaan
Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah melahirkan anak mengurangi rasa ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah infeksi, dan meningkatkan penyembuhan dengan prosedur pelaksanaan menurut Hamilton (2002) adalah sebagai berikut:
1). Mencuci tangannya
2). Mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air hangat
3). Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah mengarah ke rectum dan letakkan pembalut tersebut ke dalam kantung plastik.
4). Berkemih dan BAB ke toilet
5). Semprotkan ke seluruh perineum dengan air
6). Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke belakang.
7). Pasang pembalut dari depan ke belakang.
8). Cuci kembali tangan
c. Evaluasi
Parameter yang digunakan dalam evaluasi hasil perawatan adalah:
1). Perineum tidak lembab
2). Posisi pembalut tepat
3). Ibu merasa nyaman

7. FAKTOR YAMG MEMPENGARUHI PERAWATAN PERINEUM
a. Gizi
Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses penyembuhan luka pada perineum karena penggantian jaringan sangat membutuhkan protein.
b. Obat-obatan
1). Steroid : Dapat menyamarkan adanya infeksi dengan menggangu respon inflamasi normal.
2). Antikoagulan : Dapat menyebabkan hemoragi.
3). Antibiotik spektrum luas / spesifik : Efektif bila diberikan segera sebelum pembedahan untuk patolagi spesifik atau kontaminasi bakteri. Jika diberikan setelah luka ditutup, tidak efektif karena koagulasi intrvaskular.
c. Keturunan
Sifat genetik seseorang akan mempengaruhi kemampuan dirinya dalam penyembuhan luka. Salah satu sifat genetik yang mempengaruhi adalah kemampuan dalam sekresi insulin dapat dihambat, sehingga menyebabkan glukosa darah meningkat. Dapat terjadi penipisan protein-kalori.
d. Sarana prasarana
Kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam perawatan perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kemampuan ibu dalam menyediakan antiseptik.
e. Budaya dan Keyakinan
Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kebiasaan tarak telur, ikan dan daging ayam, akan mempengaruhi asupan gizi ibu yang akan sangat mempengaruhi penyembuhan luka.

8. DAMPAK DARI PERAWATAN LUKA PERINEUM
Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal berikut ini:
a. Infeksi
Kondisi perineum yang terkena lokia dan lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum.
b. Komplikasi
Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir.
c. Kematian ibu post partum
Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian pada ibu post partum mengingat kondisi fisik ibu post partum masih lemah (Suwiyoga, 2004).

9. PENCEGAHAN TERJADINYA LUKA PERINEUM
Memberikan atau memberitahukan kepada ibu yng ingin melahirkan bahwa pada saat ibu merasa adanya perasaan ingin BAB baru mengedan dan itu pun harus dengan bimbingan bidan dalam meneran. Ibu tidak boleh meneran sekehendak atau sesuka ibu pabila tidak saat sakit maka dapat berakibat rupture atau robek pada perineum.

10. PERAN BIDAN DALAM KASUS INI
a. Menjelaskan pada ibu tentang cara meneran yang baik
b. Ajarkan cara meneran yang baik
c. Saat kepala bayi akan keluar bidan menahan perineum dengan tangan agar tidak terjadi robekan atau robeka tidak terjadi begitu parah.
d. Bila ibu hamil dan bidan melakukan kerjasama dengan baik, maka luka perineum dapat teratasi dan tidak terlalu parah.



BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.
Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu :
a. Rupture
Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan. (Hamilton, 2002).
b. Episotomi
Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi (Eisenberg, A., 1996).

B. SARAN
a. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan pelayanan kebidanan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Bagi Petugas – petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang kebidanan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health education dalam perawatan luka perineum untuk mencegah infeksi.



DAFTAR PUSTAKA

1. Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
2. Kapita Selekta Kedokteran. Editor Mansjoer Arif (et al.) Ed. III, cet. 2.1999. Jakarta : Media Aesculapius
3. Prawirohardjo,Sarwono, 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

SISTEM RUJUKAN PERSALINAN

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan izin-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Askeb IV ini yang berjudul “PERSALINAN DENGAN RUJUKAN” tepat pada waktunya.
Selama penyusunan tugas ini penulis menyadari ada sedikit hambatan dan kesulitan, namun berkat bantuan, bimbingan, pengarahan, petunjuk serta dorongan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Irmayanti, S.S.T selaku Dosen Mata Kuliah yang dengan kesungguhan hati memberikan petunjuk dan pengarahan dalam penyelesaian tugas ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak sekali kekurangan dalam penyusunan Tugas Mata Kuliah Askeb IV ini. Oleh sebab itu arahan, saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan tugas ini dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Banjarmasin, Juli 2010

Penulis



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Proses persalinan merupakan suatu proses mekanik, dimana suatu benda di dorong melalui ruangan oleh suatu tenaga. Benda yang didorong adalah janin, ruangan adalah Pelvis untuk membuka servik dan mendorong bayi keluar.

Jika tidak ada disproporsi antara Pervis dan janin normal dan serta letak anak tidak patologik, dapat di tunggu Partus spontan bila ada disproporsi feto Pelvik atau janin letak lintang maka terjadi persalinan Patologis (SC).

1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang kami angkat yaitu Bagaimana Persalinan rujukan pada kasus cephalopevik disproporsi.

1.3 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Dapat membedakan tentang perbedaan Panggul Normal dan Panggul Patologis. Atau dapat membedakan bisa bersalin normal atau persalinan secara abnormal (SC)

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian, mengumpulakan data dengan cara Anamnesa dan Observasi
b. Mampu menegakan diagnosis mengkaji masalah dan kebutuhan berdasarkan interprestasi data yang telah dikumpulkan
c. Mampu mengidentifikasi adanya masalah potensial
d. Mampu mengindentifikasi perlunya tindakan segera, kolaborasi dan rujukan
e. Mampu membuat rencana asuhan sebagai dasar untuk melaksanakan asuhan kebidanan
f. Mampu melakukan Implementasi secara efektif dan efesien
g. Mampu mengevaluasi asuhan kebidanan yang diberikan


1.4 MANFAAT
1. Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.



BAB II
ISI

2.1 SISTEM RUJUKAN DALAM PERSALINAN
2.1.1 PENGERTIAN RUJUKAN
Rujukan adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kebidanan yang timbul baik secara vertikal (dari satu unit ke unit yang lebih lengkap /Rumah Sakit) maupun horizontal (dari satu bagian ke bagian lain dalam satu unit) (Muchtar, 1977).

2.1.2 PENGERTIAN SISTEM RUJUKAN
Sistem rujukan adalah Suatu sistem pelayanan kesehatan dimana terjadi pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kesehatan yang timbul baik secara vertical (komunikasi antara unit yang sederajat) maupun secara horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit yang lebih rendah).

2.1.3 PENGERTIAN PELAYANAN KEBIDANAN RUJUKAN
Pelayanan kebidanan rujukan adalah pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan lain secara horizontal maupun vertical.

2.2 TUJUAN RUJUKAN
a. Setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan yang sebaik-baiknya.
b. Menjalin kerjasama dengan cara pengiriman penderita atau bahan laboratorium dari unit yang kurang lengkap ke unit yang lengkap fasilitasnya.
c. Menjalin pelimpahan pengetahuan dan keterampilan (transfer knowledge and skill) melalui pendidikan dan latihan antara pusat pendidikan dan daerah perifer (Muchtar, 1977).

2.3 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB RUJUKAN
a. Riwayat bedah sesar
b. Perdarahan pervaginam
c. Persalinan kurang bulan
d. Ketuban pecah disertai dengan mekonium yang pecah
e. Ketuban pecah lebih dari 24 jam
f. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan
g. Ikterus
h. Anemia berat
i. Tanda /gejala infeksi
j. Pre-eklampsia /Hipertensi dalam kehamilan
k. Tinggi fundus 40 cm/lebih
l. Gawat janin
m. Primapara dalam fase aktif kala I persalinan dan kepala janin masuk 5/5
n. Presentasi bukan belakang kepala
o. Presentasi ganda (mejemuk)
p. Kehamilan ganda (gemelli)
q. Tali pusat menumbung
r. Syok.

2.4 CEPHALOPELVIK DISPROPORTION (CPD) ATAU DISPROPORSI SEFALOPELVIK
2.4.1 PENGERTIAN
Cephalopelvik Disproportion (CPD) atau Disproporsi sefalo-Pervik adalah ketidak cocokan antara kepala janin dan bagian pervis tertentu yang harus dilaluinya (Kamus Kebidanan).

2.4.2 DISPROPORSI SEFALOPELVIK
Ada beberapa kemungkinan :
1. Imbang Sefalo-Pelvik baik
Partus dapat direncanakan pervaginam,namun demikian his,posisi kepala dan keadaan serviks harus diperhatikan selama partus.

2. Disproporsi Sefalo-Pelvik
Artinya bahwa janin tidak dapat dilahirkan secara normal pervaginam,bila anak hidup lakukan seksio sesaria (SC).

3. Kemungkinan Disproporsi
Mengandung arti yaitu imbang baik atau dapat terjadi disproporsi.

‘’Untuk mendapat kepastian maka harus dilakukan pemeriksaan radiologi dan atau Partus percobaan’’.

2.4.3 PEMERIKSAAN PANGGUL
Terdiri dari :
1. Pemeriksaan Panggul Luar
2. Pemeriksaan panggul dalam (VT) ,yang dievaluasi antara lain :
Promotorium, linea innominata, spina ischiadika, dinding samping, kurvatura sakrum, Ujung sakrum, dan arkus pubis.
Pada pemeriksaan ini dicoba memperkirakan ukuran :
• Konjugata Diagonalis dan konjungata vera
• Distansia Inter Spinarum ( diameter dispinarum )
• Diameter antaro – posterior pintu bawah panggul.
‘’Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan antara kehamilan pada minggu ke 34 – 35’’

• Kesempitan pada Pintu Atas Panggul
PAP sempit apabila konjungata vera kurang dari 10 cm atau diamter transversa kurang dari 12 cm.

• Kesempitan Panggul Tengah
Dengan sakrum melengkung sempurna, dinding- dinding panggul tidak berkonvergensi, foramen ischiadikum mayor cukup luas dan spina ischiadika tidak menonjol kedalam dapat diharapkan bahwa panggul tengah tidak akan menyebabkan rintangan. Ukuran terpenting adalah Distansia Interspinarum, apabila
ukuaran ini kurang dari 9,5 cm, perlu diwaspadai tentang kesukaran persalinan.

• Kesempitan Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul tidak merupakan bidang datar, tetapi terdiri atas segi tiga depan dan segi tiga belakang yang memmpunyai dasar yang sama, yakni distansia tuberrum. Apabila ukuran terakhir ini lebih kecil dari pada yang biasa maka sudut
Arkus pubis mengecil pula ( kurang dari 80 0 ). Agar supaya dalam hal ini kepala janin
dapat lahir, diperlukan ruangan yang lebih besar pada bagian belakang pintu bawah panggul. Dengan diameter sagitalis posterior yang cukup panjang, persalinan pervaginam dapat dilaksanakan, walaupun dengan perlukaan luas pada perineum.
Dengan distansia tuberrum bersama dengan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm timbul kemacetan pada kelahiran janin ukuran biasa.

Conjungata vera = Conjungata Diagonal – 1 1/2 cm.
CV = CD - 1 1 /2 cm.

Caranya :
Lakukan VT sampai teraba promotorium lalu ukur jari tangan yang masuk (CD), kemudian kurangkan 1 1/2 cm,kalau kurang dari 10 cm berarti panggul sempit.

2.4.4 PEMERIKSAAN BESARNYA JANIN
Pemeriksaan ini dilakukan sesaat sebelum partus atau watu partus kalau bentuk normal dan lelak anak memanjang yang menentukan Imbang feto-pelvik ialah kepala. Besarnya kepala rata- rata tergantung dari besarnya ( berat ) janin , oleh karena itu sebagian ukuran kepala digunakan berat badan janin.
Ada beberapa perkiraan berat badan janin :
1. Umur kehamilan dan taksiran persalinan.
2. Berat badan ditaksir melalui palpasi kepala pada abdomen.
3. Perhitungan menurut Poulsson- Lang Stadt.
Uterus dianggap sebagai suatu benda yang terdiri dari bahan homogen berbentuk elips. Jika letak janin mrmanjang, volume tergantung dari diameter transversa dan diameter longitudinal dari uterus yang diukur menggunakan jangka Bordeloque.Kemudian secara empirit dibuat suatu grafik yang menggambarkan hubungan antara BB dan jumlah kedua diameter itu.
4. Rumus Jhonsons – Toshak
Berdasarkan atas ukuran Mc. Donald yaitu jarak pubis dan batas antara fundus uteri melalui konveksitas abdomen.
BBJ = (MD – 12 ) x 155 gram.
Keterangan :
BBJ : Berat Badan Janin dalam gram
MD : Ukuran Mc. Donald dalam cm
Kepala belum masuk H III : (MD – 13 )
Kepala di H III : ( MD – 12 )
Kepala lewat H III : ( MD – 11 )
Bila ketuban sudah pecah ditambah 10 %
5. Dengan menggunakan alat- alat canggih ultra sonografi, diameter biparentalis
dapat diukur.

2.4.5 PROGNOSIS
Apabila persalinan dengan disproporsisefalo pelvik dibiarkan berlangsung sendiri tampa-bilamana perlu. Pengambiilan tindakan yang tepat, timbulnya bahaya bagi ibu dan janin (Sarwono).

1. Bahaya pada ibu
a. Partus lama yang sering disertai pecahnya ketuban pada pembukaan kecil dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis dan infeksi intrapartum
b. Dengan his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan dapat timbul regangan segmen bawah uerus dan pembentukan lingkaranretrasi patologik (Bandl). Keadaan ini terkenal dengan ruptura uteri mengancam. Apabila tidak segera diambil tindakan untuk mengurangi regangan, akan timbul ruptur uteri
c. Dengan persalinan tidak maju karena disproporsi sefalo pelvik jalan lahir pada suatu tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dan tulang panggul. Hal ini meninbulkan gangguan sirkulasi dengan akibat terjadinya Iskemia dan kemudian nekrosis pada tempat tersebut. Beberapa hari post partum akan terjadi fistula vesiko servikalis, atau fitula vesiko vaginalis atau fistula rekto vaginalis

2. Bahaya pada janin
a. Patuslama dapat meningkatkan kematian Perinatal, apabila jika ditambah dengan infeksi intrapartum
b. Prolasus Funikuli, apabila terjadi, mengandung bahaya yang sangat besar bagi janin dan memerlukan kelahiranya dengan apabila ia masih hidup.
c. Dengan adanya disproporsi sefalopelvik kepala janin dapat melewati rintangan pada panggul dengan mengadakan moulage dapat dialami oleh kepala janin tampa akibat yang jelek sampai batas – batas tertentu. Akan tetapi apabila batas – batas tersebut dilampaui, terjadi sobekan pada tentorium serebelli dan pendarahan intrakrahial
Selanjutnya tekanan oleh promontorium atau kadang – kadang oleh simfiksi pada panggul picak menyababkan perlukaan pada jaringan diatas tulang kepala janin, malahan dapat pula meninbulakan fraktur pada Osparietalis.

2.4.5 PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Untuk Pelvimetri dibuat 2 buah foto
1. Foto pintu atas panggul
Ibu dalam posisi setengah duduk (Thoms), sehingga tabung rontgen tegak lurus diatas pintu atas panggul
2. Foto lateral
Ibu dalam posisi berdiri, tabung rontgen diarahkan horizontal pada trochanter maya samping

Dari keduanya dapat dilihat
a. Diameter transversa
b. Distansia Interspinarum
c. Jenis Pelvik
d. Conjugata diagonalis – conjugatavera
e. Dalamnya Pelvis
f. Diameter AP pintu bawah
g. Diameter sagitalis posterior (Cald well)
h. Bentuk sakrum, spina ischiadika

Jenis panggul wanita Indonesia. (Djaka dan Moeljo)
1. Gi nekord 64,2%
2. Antropord 16,3%
3. Platipelord 13,6%
4. Andrord 2,2%
5. Panggul Patalogik 3% (Sinopsis obstetri jilid I)


BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ketidak cocokan antara kepala janin dan bagian pelvis tertentu yang harus dilaluinya. Sebaiknya dilakukan SC supaya ibu dan bayi selamat dan proses persalinan dapat diatasi dengan cepat, tepat dan singkat

3.2 SARAN
a. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan pelayanan kebidanan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Bagi Petugas – petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang kebidanan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan pelayanan persalinan dengan aman dan tepat.



DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.indocina.net/viewtopic.php
2. Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
3. Rustam, Muchtar. 1998 . Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi. Jakarta: EGC